Total Pageviews

Tuesday, June 4, 2013


BAB I
PENDAHULUAN
1.1             Latar Belakang
Sifat rendah hati dan emosional merupakanan dua sifat yang ada didalam diri manusia, sampai sejauh mana kita memahami kedua karakter sifat tersebut, hal itulah yang akan dibahas dalam makalah ini.
1.2             Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahannya adalah sebagai berikut
• Apa pengertian rendah hati dan emosional secara etimologi dan terminologi
• Apa saja dalil-dalil yang menjelaskan tentang rendah hati dan emosional
• Tuliskan pendapat para ahli mengenai rendah hati dan emosional
• Tuliskan contoh-contoh rendah hati dan emosional
1.3             tujuan
Mengetahui pengertian rendah hati dan emosional
Mengetahui dalil-dalil, pendapat para ahli serta contoh-contoh dari rendah hati dan emosional
1.4             Pembatasan Masalah
Masalah mengenai rendah hati dan emosional sangatlah luas dan kompleks. Agar pembahasan lebih terarah, karya tulis ini hanya membahas garis besar tentang rendah hati dan emosional.





BAB II
PEMBAHASAN
A. Rendah Hati (tawadhu)
1. Definisi rendah hati (tawadhu)
Rendah hati (tawadhu) secara etimologi bermakna rendah terhadap sesuatu. Sedangkan secara terminologi rendah hati adalah menampakkan perendahan hati kepada sesuatu yang diagungkan. Definisi Rendah diri (tawadhu) lebih luas adalah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur (sombong).
2. Dalil-dalil tentang rendah hati (tawadhu)
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyebutkan pujian bagi orang-orang yang tawadhu’ dan mengancam orang yang sombong. Tidak ada keutamaan seseorang terhadap yang lain kecuali nilai takwanya. Allah SWT berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurat [49]: 13)
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
 Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS.Al-furqan : 63)
وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ ۚ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ ۚ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS Al baqarah 206)

تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأَرْضِ وَلا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 83)
Allah Ta’ala berfirman:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, dari kalangan orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu’ara`: 215)
Beberapa hadist yang menjelaskan tentang rendah hati (tawadhu)
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Tidaklah seseorang tawadhu’ karena Allah kecuali Allah mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’, hingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya atas orang lain dan tidak ada lagi orang yang menyakiti atas orang lain.” (HR. Muslim)


3. Pendapat para ahli tentang rendah hati (tawadhu)
Ibnu Taimiyah, seorang ahli dalam madzhab Hambali menerangkan dalam kitabnya, Madarijus Salikin bahwa tawadhu ialah menunaikan segala yang haq dengan bersungguh-sungguh, taat menghambakan diri kepada Allah sehingga benar-benar hamba Allah, (bukan hamba orang banyak, bukan hamba hawa nafsu dan bukan karena pengaruh siapa pun) dan tanpa menganggap dirinya tinggi.
Fudha’il bin iyad tawadhu adalah“Anda tunduk dan patuh kepada kebenaran dan menerimanya dari siapa pun yang mengucapkannya.”
Ibnul qayim al jauyiah “tawadhu’ adalah mengakui kekuasaan Allah dengan merendahkan
4. Contoh Ketawadhu’an Rasulullah SAW

1.      Anas ra jika bertemu dengan anak-anak kecil maka selalu mengucapkan salam pada mereka, ketika ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia menjawab: Aku melihat kekasihku Nabi SAW senantiasa berbuat demikian. (HR Bukhari, Fathul Bari’-6247).

2.      Dari Anas ra berkata: Nabi SAW memiliki seekor unta yang diberi nama al-’adhba` yang tidak terkalahkan larinya, maka datang seorang ‘a’rabiy dengan untanya dan mampu mengalahkan, maka hati kaum muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut sampai hal itu diketahui oleh nabi SAW, maka beliau bersabda: Menjadi haq Allah jika ada sesuatu yang meninggikan diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya. HR Bukhari (Fathul Bari’-2872).

3.      Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau SAW menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama dengan pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri keperluannya di pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang kaya maupun miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu pada siapa yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih, orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka shalat.
Dan beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut perangainya, dermawan luar biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri wajahnya, murah senyum pada siapa saja, sangat tawadhu’ tapi tidak menghinakan diri, dermawan tapi tidak berlebih-lebihan, mudah iba hatinya, sangat penyayang pada semua muslimin. Beliau SAW datang sendiri menjenguk orang sakit, menghadiri penguburan, berkunjung baik mengendarai keledai maupun berjalan kaki, mengabulkan undangan dari para hamba sahaya siapapun dan dimanapun. Bahkan ketika kekuasaannya SAW telah meliputi jazirah Arabia yang besar datang seorang ‘A’rabiy menghadap beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, maka beliau SAW yang mulia segera menghampiri orang tersebut dan berkata: Tenanglah, tenanglah, saya ini bukan Raja, saya hanyalah anak seorang wanita Quraisy yang biasa makan daging kering. (HR Ibnu Majah-3312 dari abu Mas’ud al-Badariiy)

B.  Emosional
1. Definisi emosional
     Definisi emosi secara etimologi berasal dari kata e yang berarti energi dan mation yang berarti getaran. Sedangkan  emosi secara terminologi ialah sebuah energi yang terus bergerak dan bergetar. Emosional dalam makna luas didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.
2. Dalil-dalil tentang emosional
     Emosional atau suka marah adalah bagian dari akhlak tercela yang harus dijauhi oleh setiap muslim. Sebab hanya akan mendatangkan permusuhan dan kerugian dalam hidup bermasyarakat, Allah SWT berfirman :
لَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S Ali imran :34)
Rasullulah SAW bersabda :
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم : أوصني قال : " لا تغضب " فردد مِرارا , قال : لا تغضب  (رواه البخارى)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Janganlah engkau mudah marah”. Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau : “Janganlah engkau mudah marah”. (HR. Bukhari)
وعن ابي هريرة رضي الله عنه انّ رسول الله صلّى الله عليه وسلم قال: ليس الشّديد بالصرعة انما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب (رواه البخارى و مسلم)

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw telah bersabda:“Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat bantingan, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai nafsunya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. pendapat para ahli tentang emosional
     pendapat Al-Jurjani seorang pakar i'jaz Alquran Marah itu adalah satu perubahan sikap yang terhasil ketika menggelegaknya darah di dalam hati untuk menghasilkan kelegaan dalam dada.
4. Contoh emosional dalam kehidupan sehari-hari
     Ketika sseorang marah, misalnya karena agamanya dihina, maka marahnya itu adalah marah yang wajar. Sebaliknya ketika seseorang marah, misalnya melemparkan gulai ke wajah istrinya hanya karena rasa gulai itu tak sesuai dengan seleranya, itu tergolong marah emosional. Dalam kehidupan sehari-hari, marah yang paling banyak ditemukan ialah marah emosional. Contohnya sangat bervariasi, Istri marah ketika uang yang dibawa suaminya tidak sebanyak yang diinginkannya. Remaja marah ketika ibunya tak memberinya uang untuk pesta di diskotik bersama teman-teman sebayanya. Penguasa marah ketika diingatkan akan kezalimannya. Ulama marah ketika hasil ijtihadnya dikritik.














BAB III
PENDAPAT, KESIMPULAN DAN SARAN
a.      Pendapat  pribadi
     Rendah hati (tawadhu) termasuk dalam aklaq baik (mahmudah) merupakan sifat yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan sangat baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghindari diri dari sifat sombong.
     Emosional termasuk dalam akhlaq buruk (mazmumah) merupakan sifat yang harus dihindari, untuk menghindari sikap emosional Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada dan bersabar ketika menghadapi masalah, karena sikap emosional hanya akan membawa kita ke dalam masalah baru.
b.      Kesimpulan
     Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan terlepas dari akhlaq baik dan akhlaq buruk, rendah hati (tawadhu) merupakan salah satu contoh dari sifat baik. Dengan mengetahui definis, dalil-dalil serta pendapat para ahli mengenai rendah hati maka dapat simpulkan bahwa rendah hati merupakan sifat baik (mahmuda). Contoh rendah hati seperti yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
     Manusia adalah makhluk yang secara alami memilki emosi. Apabila manusia yang tidak bisa emosi (marah), terdapat kekurangan pada dirinya. Hanya saja, kemarahan itu harus diterapkan pada tempatnya. Emosi atau marah merupakan akhlak tercela yang harus dijauhi oleh setiap muslim. Rasulullah juga melarang kepada umatnya untuk melakukan perbuatan emosi atau mudah marah dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Sebagaimana sabdanya yang telah disebutkan di atas.

c.       Saran
     Penulis berharap agar makalah ini dapat memberi pengetahuan dan menambah wawasan mengenai sifat rendah hati (tawadhu) dan emosional (marah), serta dengan adanya contoh-contoh yang dituliskan dalam makalah ini agar pembaca lebih mudah memahaminya.












Daftar Pustaka
     Al hawani, abu firdaus. 2003. Membangun Akhlaq Mulia. Yogyakarta: Al manar.

No comments:

Post a Comment

silakan tinggalkan goresan komentar anda :)

Blog Archive