BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sifat
rendah hati dan emosional merupakanan dua sifat yang ada didalam diri manusia,
sampai sejauh mana kita memahami kedua karakter sifat tersebut, hal itulah yang
akan dibahas dalam makalah ini.
1.2
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan, permasalahannya adalah sebagai berikut
• Apa pengertian rendah hati dan
emosional secara etimologi dan terminologi
• Apa saja dalil-dalil yang
menjelaskan tentang rendah hati dan emosional
• Tuliskan pendapat para ahli
mengenai rendah hati dan emosional
• Tuliskan contoh-contoh rendah
hati dan emosional
1.3
tujuan
•
Mengetahui
pengertian rendah hati dan emosional
•
Mengetahui
dalil-dalil, pendapat para ahli serta contoh-contoh dari rendah hati dan
emosional
1.4
Pembatasan Masalah
Masalah mengenai
rendah hati dan emosional sangatlah luas dan kompleks. Agar pembahasan lebih terarah, karya tulis ini hanya membahas
garis besar
tentang rendah hati dan emosional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rendah
Hati (tawadhu)
1.
Definisi rendah hati (tawadhu)
Rendah
hati (tawadhu) secara etimologi bermakna rendah terhadap sesuatu. Sedangkan
secara terminologi rendah hati adalah menampakkan perendahan hati kepada
sesuatu yang diagungkan. Definisi Rendah diri (tawadhu) lebih luas adalah
bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur
(sombong).
2.
Dalil-dalil tentang rendah hati
(tawadhu)
Al-Qur’an
dalam beberapa ayatnya menyebutkan pujian bagi orang-orang yang tawadhu’ dan
mengancam orang yang sombong. Tidak ada keutamaan seseorang terhadap yang lain
kecuali nilai takwanya. Allah SWT berfirman:
إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. al-Hujurat [49]: 13)
وَعِبَادُ
الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ
قَالُوا سَلَامًا
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu
(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan. (QS.Al-furqan : 63)
وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ ۚ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ ۚ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
Dan apabila dikatakan
kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang
menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan
sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS Al
baqarah 206)
تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأَرْضِ وَلا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 83)
Allah Ta’ala berfirman:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, dari kalangan orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu’ara`: 215)
Beberapa
hadist yang menjelaskan tentang rendah hati (tawadhu)
وَمَا
تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Tidaklah
seseorang tawadhu’ karena Allah kecuali Allah mengangkat derajatnya.” (HR.
Muslim)
وَإِنَّ
اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sesungguhnya
Allah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’, hingga tidak ada seorang pun
yang membanggakan dirinya atas orang lain dan tidak ada lagi orang yang
menyakiti atas orang lain.” (HR. Muslim)
3.
Pendapat para ahli tentang rendah hati
(tawadhu)
Ibnu
Taimiyah, seorang ahli dalam madzhab Hambali menerangkan dalam kitabnya,
Madarijus Salikin bahwa tawadhu ialah
menunaikan segala yang haq dengan bersungguh-sungguh, taat menghambakan diri
kepada Allah sehingga benar-benar hamba Allah, (bukan hamba orang banyak, bukan
hamba hawa nafsu dan bukan karena pengaruh siapa pun) dan tanpa menganggap
dirinya tinggi.
Fudha’il bin iyad tawadhu adalah“Anda tunduk dan
patuh kepada kebenaran dan menerimanya dari siapa pun yang mengucapkannya.”
Ibnul qayim al jauyiah “tawadhu’ adalah mengakui
kekuasaan Allah dengan merendahkan
4. Contoh Ketawadhu’an Rasulullah SAW
1.
Anas ra jika bertemu dengan anak-anak kecil maka selalu mengucapkan salam pada
mereka, ketika ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia menjawab: Aku melihat
kekasihku Nabi SAW senantiasa berbuat demikian. (HR Bukhari, Fathul
Bari’-6247).
2.
Dari Anas ra berkata: Nabi SAW memiliki seekor unta yang diberi nama al-’adhba`
yang tidak terkalahkan larinya, maka datang seorang ‘a’rabiy dengan untanya dan
mampu mengalahkan, maka hati kaum muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut
sampai hal itu diketahui oleh nabi SAW, maka beliau bersabda: Menjadi haq Allah
jika ada sesuatu yang meninggikan diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya. HR
Bukhari (Fathul Bari’-2872).
3. Abu
Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau SAW
menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki
rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama dengan
pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri keperluannya di
pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang kaya maupun
miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu pada siapa
yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih, orang
merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka shalat.
Dan beliau SAW adalah orang yang
sangat rendah hati, lembut perangainya, dermawan luar biasa, indah perilakunya,
selalu berseri-seri wajahnya, murah senyum pada siapa saja, sangat tawadhu’
tapi tidak menghinakan diri, dermawan tapi tidak berlebih-lebihan, mudah iba
hatinya, sangat penyayang pada semua muslimin. Beliau SAW datang sendiri
menjenguk orang sakit, menghadiri penguburan, berkunjung baik mengendarai
keledai maupun berjalan kaki, mengabulkan undangan dari para hamba sahaya
siapapun dan dimanapun. Bahkan ketika kekuasaannya SAW telah meliputi jazirah
Arabia yang besar datang seorang ‘A’rabiy menghadap beliau SAW dengan gemetar
seluruh tubuhnya, maka beliau SAW yang mulia segera menghampiri orang tersebut
dan berkata: Tenanglah, tenanglah, saya ini bukan Raja, saya hanyalah anak
seorang wanita Quraisy yang biasa makan daging kering. (HR Ibnu Majah-3312 dari
abu Mas’ud al-Badariiy)
B. Emosional
1. Definisi emosional
Definisi emosi secara etimologi berasal
dari kata e yang berarti energi dan mation yang berarti getaran. Sedangkan emosi secara terminologi ialah sebuah energi
yang terus bergerak dan bergetar. Emosional dalam makna luas didefinisikan
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap
keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.
2. Dalil-dalil tentang emosional
Emosional atau suka marah adalah bagian
dari akhlak tercela yang harus dijauhi oleh setiap muslim. Sebab hanya akan
mendatangkan permusuhan dan kerugian dalam hidup bermasyarakat, Allah SWT
berfirman :
لَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ
عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S Ali imran :34)
Rasullulah SAW bersabda
:
عن
أبي هريرة رضي الله عنه أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم : أوصني قال :
" لا تغضب " فردد مِرارا , قال : لا تغضب (رواه البخارى)
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Janganlah engkau mudah marah”. Maka
diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau : “Janganlah engkau
mudah marah”. (HR. Bukhari)
وعن
ابي هريرة رضي الله عنه انّ رسول الله صلّى الله عليه وسلم قال: ليس الشّديد بالصرعة
انما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب (رواه البخارى و مسلم)
Dari
Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw telah bersabda:“Orang yang kuat bukanlah
orang yang kuat bantingan, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu
menguasai nafsunya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3.
pendapat para ahli tentang emosional
pendapat Al-Jurjani seorang pakar i'jaz Alquran Marah
itu adalah satu perubahan sikap yang terhasil ketika menggelegaknya darah di
dalam hati untuk menghasilkan kelegaan dalam dada.
4.
Contoh emosional dalam kehidupan sehari-hari
Ketika sseorang marah,
misalnya karena agamanya dihina, maka marahnya itu adalah marah yang wajar.
Sebaliknya ketika seseorang marah, misalnya melemparkan gulai ke wajah istrinya
hanya karena rasa gulai itu tak sesuai dengan seleranya, itu tergolong marah
emosional. Dalam kehidupan sehari-hari, marah yang paling banyak ditemukan
ialah marah emosional. Contohnya sangat bervariasi, Istri marah ketika uang
yang dibawa suaminya tidak sebanyak yang diinginkannya. Remaja marah ketika
ibunya tak memberinya uang untuk pesta di diskotik bersama teman-teman
sebayanya. Penguasa marah ketika diingatkan akan kezalimannya. Ulama marah
ketika hasil ijtihadnya dikritik.
BAB III
PENDAPAT, KESIMPULAN DAN SARAN
a.
Pendapat pribadi
Rendah hati (tawadhu) termasuk dalam aklaq
baik (mahmudah) merupakan sifat yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW
dan sangat baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghindari diri
dari sifat sombong.
Emosional
termasuk dalam akhlaq buruk (mazmumah) merupakan sifat yang harus dihindari,
untuk menghindari sikap emosional Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada
kita tentang berlapang dada dan bersabar ketika menghadapi masalah, karena
sikap emosional hanya akan membawa kita ke dalam masalah baru.
b.
Kesimpulan
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak akan terlepas dari akhlaq baik dan akhlaq
buruk, rendah hati (tawadhu) merupakan salah satu contoh dari sifat baik.
Dengan mengetahui definis, dalil-dalil serta pendapat para ahli mengenai rendah
hati maka dapat simpulkan bahwa rendah hati merupakan sifat baik (mahmuda). Contoh
rendah hati seperti yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW dapat kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia adalah makhluk yang secara alami
memilki emosi. Apabila manusia yang tidak bisa emosi (marah), terdapat
kekurangan pada dirinya. Hanya saja, kemarahan itu harus diterapkan pada
tempatnya. Emosi atau marah merupakan akhlak tercela yang harus dijauhi oleh
setiap muslim. Rasulullah juga melarang kepada umatnya untuk melakukan
perbuatan emosi atau mudah marah dalam pergaulan hidup bermasyarakat.
Sebagaimana sabdanya yang telah disebutkan di atas.
c.
Saran
Penulis
berharap agar makalah ini dapat memberi pengetahuan dan menambah wawasan
mengenai sifat rendah hati (tawadhu) dan emosional (marah), serta dengan adanya
contoh-contoh yang dituliskan dalam makalah ini agar pembaca lebih mudah
memahaminya.
Daftar Pustaka
Al hawani, abu firdaus. 2003. Membangun Akhlaq Mulia. Yogyakarta: Al
manar.
No comments:
Post a Comment
silakan tinggalkan goresan komentar anda :)